Mikroplastik adalah pecahan plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter. Meskipun terlihat sepele, keberadaannya di laut menjadi ancaman besar bagi ekosistem dan kesehatan manusia. Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik masuk ke lautan melalui sungai, pantai, aktivitas kapal, hingga industri. Seiring waktu, sampah tersebut terurai menjadi potongan kecil akibat sinar matahari, gelombang, dan proses alami lainnya. Hasil akhirnya adalah mikroplastik yang sulit terlihat, namun sangat mudah masuk ke rantai makanan laut. Bersumber dari laman https://dlhjawabarat.id/ di bawah ini akan di bahas bahaya mikroplastik.
Sumber Mikroplastik di Laut
Mikroplastik dapat berasal dari dua sumber utama. Pertama, mikroplastik primer, yaitu plastik yang memang diproduksi dalam ukuran mikro sejak awal. Contohnya adalah microbeads dalam produk kosmetik dan sabun yang dulu banyak digunakan sebagai bahan penggosok. Kedua, mikroplastik sekunder, yaitu pecahan dari sampah plastik berukuran besar seperti botol, kantong plastik, jaring ikan, mainan, dan kemasan makanan. Paparan cuaca, sinar UV, dan abrasi membuat sampah ini hancur menjadi potongan lebih kecil sehingga semakin sulit dibersihkan.
Ironisnya, banyak aktivitas manusia sehari-hari berkontribusi pada penyebaran mikroplastik tanpa kita sadari. Contohnya, mencuci pakaian berbahan sintetis dapat melepaskan ribuan serat mikro ke saluran air. Serat ini terlalu kecil untuk disaring di instalasi pengolahan air dan akhirnya mengalir ke sungai lalu ke laut.
Dampak terhadap Biota Laut
Mikroplastik telah ditemukan dalam tubuh ikan, kerang, kepiting, cumi-cumi, hingga plankton. Organisme laut salah mengenali mikroplastik sebagai makanan, terutama karena ukurannya mirip dengan plankton atau telur ikan. Ketika dikonsumsi, mikroplastik dapat mengendap di organ pencernaan, mengganggu metabolisme, dan menyebabkan malnutrisi. Pada tingkat lebih serius, mikroplastik dapat melukai organ dalam atau menyebabkan kematian.
Tidak hanya itu, mikroplastik juga dapat menjadi media pembawa zat beracun seperti logam berat dan bahan kimia berbahaya. Ketika organisme laut memakan plastik yang sudah terkontaminasi racun, zat tersebut akan masuk ke jaringan tubuh dan berpindah ke tingkat trofik yang lebih tinggi dalam rantai makanan.
Mikroplastik dalam Rantai Makanan dan Dampaknya pada Manusia
Salah satu ancaman terbesar mikroplastik adalah kemampuannya masuk ke rantai makanan. Dimulai dari plankton, lalu ikan kecil, kemudian dimakan oleh ikan yang lebih besar, hingga akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Hasil penelitian telah menemukan mikroplastik dalam garam laut, air minum, dan bahkan pada tubuh manusia melalui konsumsi seafood.
Ketika masuk ke tubuh manusia, mikroplastik dapat membawa zat kimia seperti BPA, ftalat, dan pestisida. Paparan jangka panjang terhadap zat ini dapat memicu gangguan hormon, masalah reproduksi, gangguan sistem saraf, hingga berpotensi meningkatkan risiko kanker. Meskipun dampak pasti pada kesehatan manusia masih terus diteliti, indikasi awal menunjukkan bahwa ancamannya tidak dapat diabaikan.
Upaya Mengatasi dan Mencegah Pencemaran Mikroplastik
Untuk mengatasi masalah mikroplastik, diperlukan langkah preventif dan kolaboratif. Pemerintah harus memperketat regulasi penggunaan plastik sekali pakai serta meningkatkan sistem daur ulang. Industri perlu mengembangkan material alternatif yang lebih ramah lingkungan. Masyarakat dapat berkontribusi dengan mengurangi konsumsi plastik, memilih produk ramah lingkungan, serta melakukan pengolahan sampah dengan benar.
Gerakan bersih pantai, edukasi lingkungan, dan inovasi seperti filter mikroserat pada mesin cuci adalah langkah nyata yang dapat membantu mencegah masuknya mikroplastik ke laut. Semakin banyak pihak terlibat, semakin besar peluang untuk memulihkan kesehatan laut dan melindungi kehidupan yang bergantung padanya.
Dengan menjaga laut dari mikroplastik, kita tidak hanya menyelamatkan biota laut, tetapi juga menjaga kesehatan generasi manusia di masa depan.